Artikel Genre Sastra
Tulislah sebuah artikel tentang genre sastra
yang bersumber dari minimal lima sumber bacaan sastra. Artikel tersebut secara
komprehensif memuat difinisi sastra dan genrenya yaitu puisi, prosa, dan drama.
Artikel ini merupakan salah satu tagihan yang
harus Saudara kumpulkan di dalam E-Portofolio.
Petunjuk:
1. Artikel ditulis maksimal 1000
kata
2.
Ditulis
dengan huruf arial 11, margin atas, bawah, kanan, kiri 2.
3.
Menggunakan
minimal 5 sumber bacaan.
4.
Kerjakan
seperti format berikut.
Nama :
Instansi : SD Djama’atul
Ichwan
Mengajar
Kelas : III (Tiga)
Judul
Artikel
|
:
|
Genre Sastra
|
|
Sumber
Bacaan
|
:
|
1. Jenis-Jenis Sastra (Genre); Pengertian Prosa,
Puisi, dan Drama;
2. Pemahaman Tentang Karya Sastra;
3. Aliran Sastra;
4. Pembentukan Karakter Anak Melalui Karya
Sastra Anak Bacaan;
5.
Hakikat
Sastra Anak
|
|
Isi
Artikel
1.
Jenis-Jenis Sastra (Genre);
Pengertian Prosa, Puisi, dan Drama
Jenis – Jenis
Sastra (Genre) - Jenis-jenis sastra disebut jenre/genre sastra. Sastra
digolongkan/dikelompkkkan menjadi dua kelompok yakni sastra imajinatif dan
sastra non imajinatif. Selain itu sastra juga dikelompokkan menjadi dua
kelompok sesuai dengan maksud atau tujuan penulis, yakni sastra anak dan
sastra dewasa. Maksudnya ada penulis yang membuat karya sastra untuk orang
dewasa, dan ada yang menulis karya sastra khusus untuk anak-anak.
1. Sastra Imajinatif
Imajinasi berasal dai kata
imagination yang artinya angan-angan atau khayal. Jadi, karaya sastra
imajinatif adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan daya khayalnya
penulis/pengarang, sehingga cerita dalam karya sastra imajinatif bukanlah
suatu kejadian yang sebenarnya.
Karya sastra imajinatif
terdiri atas 3 jenis yakni prosa, puisi, dan drama.
a.
Pengertian Prosa
Prosa adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan
kalimat-kalimat yang disusun susul menyusul. Kalimat yang disusun membentuk
kesatuan pikiran menjadi paragraf, paragraf membentuk bab atau bagian-bagian,
dan seterusnya.
b.
Pengertian Puisi
Puisi adalah karya sastra yang ditulis dengan bentuk
larik-larik dan bait-bait.
c.
Pengertian Drama
Drama adalah karya sastra yang ditulis dengan bahasa dalam
bentuk dialog. Perbedaan drama dengan puisi dan prosa adalah terletak pada
tujuan penulisan naskah. Naskah drama ditulis dengan tujuan utamanya untuk
dipertunjukkan, bukan untuk dibaca dan dihayati seperti pada prosa dan puisi.
2. Sastra non imajinatif
Sastra non imajinatif
adalah karya sastra yang ditulis tanpa menggunakan sifat khayalnya pengarang,
sehingga cerita dalam karya sastra non imajinatif merupakan cerita yang
ditulis berdasarkan cerita nyata/sebenarnya. Sebagian para ahli sastra
berpendapat bahwa sastra non imajinatif bukan termasuk karya sastra
2. Pemahaman
Tentang Karya Sastra
Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang
berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu
bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa
dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Jakop Sumardjo dalam bukunya yang
berjudul "Apresiasi Kesusastraan" mengatakan bahwa karya sastra
adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan
alat bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan
kepada orang lain.
Pada dasarnya, karya sastra sangat bermanfaat bagi
kehidupan, karena karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang
kebenaran-kebenaran hidup, walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya
sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah
jenis hiburan intelektual dan spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan
sebagai pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun bisa menuangkan isi hati
dan pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni.
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan karya
sastra, tidak ada salahnya apabila kita melirik lebih mendalam tentang genre
(jenis) karya sastra. Karya sastra dapat digolongkan ke dalam dua kelompok,
yakni karya sastra imajinatif dan karya sastra nonimajinatif. Ciri karya
sastra imajinatif adalah karya sastra tersebut lebih menonjolkan sifat
khayali, menggunakan bahasa yang konotatif, dan memenuhi syarat-syarat
estetika seni. Sedangkan ciri karya sastra nonimajinatif adalah karya sastra
tersebut lebih banyak unsur faktualnya daripada khayalinya, cenderung
menggunakan bahasa denotatif, dan tetap memenuhi syarat-syarat estetika seni.
Pembagian genre sastra imajinatif dapat dirangkumkan
dalam bentuk puisi, fiksi atau prosa naratif, dan drama. Penjelasan tentang
ketiga karya sastra ini akan kita kupas secara terperinci.
1.
Puisi
Puisi adalah rangkaian kata yang sangat padu. Oleh karena itu, kejelasan
sebuah puisi sangat bergantung pada ketepatan penggunaan kata serta kepaduan
yang membentuknya.
2.
Fiksi
atau prosa naratif.
Fiksi atau prosa naratif adalah karangan yang bersifat menjelaskan secara
terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Fiksi
pada dasarnya terbagi menjadi novel, roman, dan cerita pendek.
Suroto dalam bukunya yang berjudul "Apresiasi Sastra Indonesia"
menjelaskan secara terperinci tentang pengertian tiga genre yang termasuk
dalam prosa naratif berikut ini.
a.
Novel
Novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat
cerita, yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan
orang-orang (tokoh cerita). Dikatakan kejadian yang luar biasa karena dari
kejadian ini lahir suatu konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan
nasib para tokoh. Novel hanya menceritakan salah satu segi kehidupan sang
tokoh yang benar-benar istimewa, yang mengakibatkan terjadinya perubahan
nasib.
b.
Roman
Istilah roman berasal dari genre romance dari Abad
Pertengahan, yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan
percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman, Belanda, Perancis, dan
bagian-bagian Eropa Daratan yang lain. Ada sedikit perbedaan antara roman dan
novel, yakni bahwa bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi
ukuran luasnya unsur cerita hampir sama.
c.
Cerita
pendek.
Cerita atau cerita pendek adalah suatu karangan
prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia -- pelaku/tokoh
dalam cerita tersebut. Dalam karangan tersebut terdapat pula peristiwa lain
tetapi peristiwa tersebut tidak dikembangkan, sehingga kehadirannya hanya
sekadar sebagai pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar. Ini berarti
cerita hanya dikonsentrasikan pada suatu peristiwa yang menjadi pokok
ceritanya.
3.
Drama
Genre sastra imajinatif yang ketiga adalah drama. Drama adalah karya
sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Drama
sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah drama
ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian, tujuan drama
bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Drama yang
sebenarnya adalah kalau naskah sastra tadi telah dipentaskan. Tetapi
bagaimanapun, naskah tertulis drama selalu dimasukkan sebagai karya sastra.
Selanjutnya adalah pembagian genre sastra nonimajinatif, di mana kadar
fakta dalam genre sastra ini agak menonjol. Sastrawan bekerja berdasarkan
fakta atau kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi sepanjang yang mampu
diperolehnya. Penyajiannya dalam bentuk sastra disertai oleh daya
imajinasinya, yang memang menjadi ciri khas karya sastra. Genre yang termasuk
dalam karya sastra nonimajinatif, yaitu:
a. Esai : Esai adalah karangan pendek tentang
sesuatu fakta yang dikupas menurut pandangan pribadi manusia. Dalam esai,
baik pikiran maupun perasaan dan keseluruhan pribadi penulisnya tergambar
dengan jelas, sebab esai merupakan ungkapan pribadi penulisnya terhadap sesuatu
fakta.
b. Kritik : Kritik adalah analisis untuk menilai
sesuatu karya seni, dalam hal ini karya sastra. Jadi, karya kritik sebenarnya
termasuk argumentasi dengan faktanya sebuah karya sastra, sebab kritik
berakhir dengan sebuah kesimpulan analisis. Tujuan kritik tidak hanya
menunjukkan keunggulan, kelemahan, benar dan salahnya sebuah karya sastra
dipandang dari sudut tertentu, tetapi tujuan akhirnya adalah mendorong
sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra setinggi mungkin, dan juga
mendorong pembaca untuk mengapresiasi karya sastra secara lebih baik.
c. Biografi : Biografi
atau riwayat hidup adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh
orang lain. Tugas penulis biografi adalah menghadirkan kembali jalan hidup
seseorang berdasarkan sumber-sumber atau fakta-fakta yang dapat
dikumpulkannya. Teknik penyusunan riwayat hidup itu biasanya kronologis yakni
dimulai dari kelahirannya, masa kanak-kanak, masa muda, dewasa, dan akhir
hayatnya. Sebuah karya biografi biasanya menyangkut kehidupan tokoh-tokoh penting
dalam masyarakat atau tokoh-tokoh sejarah.
d. Autobiografi : Autobiografi
adalah biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri, atau kadang-kadang
ditulis oleh orang lain atas penuturan dan sepengetahuan tokohnya. Kelebihan
autobiografi adalah bahwa peristiwa-peristiwa kecil yang tidak diketahui
orang lain, karena tidak ada bukti yang dapat diungkapkan. Begitu pula sikap,
pendapat, dan perasaan tokoh yang tak pernah diketahui orang lain dapat
diungkapkan.
e. Sejarah : Sejarah adalah cerita tentang zaman
lampau sesuatu masyarakat berdasarkan sumber-sumber tertulis maupun tidak
tertulis. Meskipun karya sejarah berdasarkan fakta yang diperoleh dari
beberapa sumber, namun penyajiannya tidak pernah lepas dari unsur khayali
pengarangnya. Fakta sejarah biasanya terbatas dan tidak lengkap, sehingga
untuk menggambarkan zaman lampau itu, pengarang perlu merekonstruksinya
berdasarkan daya khayal atau imajinasinya, sehingga peristiwa itu menjadi
lengkap dan terpahami.
f.
Memoar :
Memoar pada dasarnya adalah sebuah autobiografi,
yakni riwayat yang ditulis oleh tokohnya sendiri. Bedanya, memoar terbatas
pada sepenggal pengalaman tokohnya, misalnya peristiwa-peristiwa yang dialami
tokoh selama Perang Dunia II saja. Fakta dalam memoar itu unsur imajinasi
penulisnya ikut berperanan.
g. Catatan Harian : Catatan
harian adalah catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungan hidupnya yang
ditulis secara teratur. Catatan harian sering dinilai berkadar sastra karena
ditulis secara jujur, spontan, sehingga menghasilkan ungkapan-ungkapan pribadi
yang asli dan jernih, yakni salah satu kualitas yang dihargai dalam sastra.
h. Surat-Surat : Surat
tokoh tertentu untuk orang-orang lain dapat dinilai sebagai karya sastra,
karena kualitas yang sama seperti terdapat dalam catatan harian.
Genre sastra nonimajinatif ini belum berkembang
dengan baik, sehingga adanya genre tersebut kurang dikenal sebagai bagian
dari sastra. Apa yang disebut karya sastra selama ini hanya menyangkut
karya-karya imajinasi saja. Hal ini bisa kita lihat dari pemahaman
masyarakat, khususnya pelajar tentang sastra.
3.
Aliran Sastra
Kata mazhab atau aliran berasal
dari kata stroming (bahasa Belanda) yang mulai muncul di
Indonesia pada zaman Pujangga Baru. Kata itu bermakna keyakinan yang dianut
golongan-golongan pengarang yang sepaham, ditimbulkan karena menentang
paham-paham lama (Hadimadja,1972:9). Dalam bahasa Inggris, terdapat dua kata
yang maknanya sangat berkaitan dengan aliran, yaitu periods, age, school,
generation dan movements.
Aliran sastra pada dasarnya
berupaya menggambarkan prinsip (pandangan hidup, politik, dll) yang dianut
sastrawan dalam menghasilkan karya sastra. Dengan kata lain, aliran sangat
erat hubungannya dengan sikap/jiwa pengarang dan objek yang dikemukakan dalam
karangannya.
Pada prinsipnya, aliran sastra
dibedakan menjadi dua bagian besar, yakni (1) idealisme, dan (2) materialisme. Idealisme
adalah aliran romantik yang bertolak dari cita-cita yang dianut oleh
penulisnya. Menurut aliran ini, segala sesuatu yang terlihat di alam ini
hanyalah merupakan bayangan dari bayangan abadi yang tidak terduga oleh
pikiran manusia. Aliran idealisme ini dapat dibagi menjadi (a) romantisisme,
(b) simbolik, (c) mistisisme, dan (d) surealisme.
(a)
Romantisisme adalah aliran karya
sastra yang sangat mengutamakan perasaan, sehingga objek yang dikemukakan
tidak lagi asli, tetapi telah bertambah dengan unsur perasaan si pengarang.
Aliran ini dicirikan oleh minat pada alam dan cara hidup yang sederhana,
minat pada pemandangan alam, perhatian pada kepercayaan asli, penekanan pada
kespontanan dalam pikiran, tindakan, serta pengungkapan pikiran. Pengikut
aliran ini menganggap imajinasi lebih penting daripada aturan formal dan
fakta. Aliran ini kadangkadang berpadu dengan aliran idealisme dan
realisme sehingga timbul aliran romantik idealisme, dan romantik
realisme. Romantik idealisme adalah aliran kesusastraan yang
mengutamakan perasaan yang melambung tinggi ke dalam fantasi dan cita-cita.
Hasil sastra Angkatan. Pujangga Baru umumnya termasuk aliran ini. Sementara
romantik realism mengutamakan perasaan yang bertolak dari kenyataan
(contoh: puisi-puisi Chairil Anwar dan Asrul Sani).
(b)
Simbolik adalah aliran yang
muncul sebagai reaksi atas realisme dan naturalisme.
Pengarang berupaya menampilkan pengalaman batin
secara simbolik. Dunia yang secara indrawi dapat kita cerap menunjukkan suatu
dunia rohani yang tersembunyi di belakang dunia indrawi. Aliran ini selalu
menggunakan simbol atau perlambang hewan atau tumbuhan sebagai pelaku dalam
cerita. Contoh karya sastra yang beraliran ini misalnya Tinjaulah
Dunia Sana, Dengarlah Keluhan Pohon Mangga karya Maria
Amin dan Kisah Negara Kambing karya Alex Leo.
(c)
Mistisisme adalah aliran
kesusastraan yang bersifat melukiskan hubungan manusia dengan Tuhan.
Mistisisme selalu memaparkan keharuan dan kekaguman si penulis terhadap
keagungan Maha Pencipta. Contoh karya sastra yang beraliran ini adalah
sebagaian besar karya Amir Hamzah, Bahrum Rangkuti, dan J.E.Tatengkeng.
(d)
Surealisme adalah aliran karya
sastra yang melukiskan berbagai objek dan tanggapan secara serentak. Karya
sastra bercorak surealis umumnya susah dipahami karena gaya pengucapannya
yang melompat-lompat dan kadang terasa agak kacau. Contoh karya sastra aliran
ini misalnya Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar, Merahnya
Merah karya Iwan Simatupang, dan Tumbang karya
Trisno Sumardjo.
(e)
Materialisme berkeyakinan bahwa
segala sesuatu yang bersifat kenyataan dapat diselidiki dengan akal manusia.
Dalam kesusastraan, aliran ini dapat dibedakan atasrealisme dan naturalisme.
(f)
Realisme adalah aliran karya
sastra yang berusaha menggambarkan/memaparkan/ menceritakan sesuatu
sebagaimana kenyataannya. Aliran ini umumnya lebih objektif memandang segala
sesuatu (tanpa mengikutsertakan perasaan). Sebagaimana kita tahu, Plato dalam
teori mimetiknya pernah menyatakan bahwa sastra adalah tiruan kenyataan/
realitas. Berangkat dari inilah kemudian berkembang aliran-aliran,
seperti: naturalisme, dan determinisme.
(g)
Realisme sosialis adalah aliran karya
sastra secara realis yang digunakan pengarang untuk mencapai cita-cita
perjuangan sosialis.
(h)
Naturalisme adalah aliran karya
sastra yang ingin menggambarkan realitas secara jujur bahkan cenderung
berlebihan dan terkesan jorok. Aliran ini berkembang dari realisme. Ada tiga
paham yang berkembang dari aliran realisme (1) saintisme (hanya sains yang
dapat menghasilkan pengetahuan yang benar), (2) positivisme ( menolak
metafisika, hanya pancaindra kita berpijak pada kenyataan), dan (3)
determinisme (segala sesuatu sudah ditentukan oleh sebab musabab tertentu).
(i)
Impresionisme adalah aliran
kesusastraan yang memusatkan perhatian pada apa yang terjadi dalam batin
tokoh utama. Impresionisme lebih mengutamakan pemberian kesan/pengaruh kepada
perasaan daripada kenyataan atau keadaan yang sebenarnya. Beberapa pengarang
Pujangga Baru memperlihatkan impresionisme dalam beberapa karyanya.
4.
Pembentukan
Karakter Anak Melalui Karya Sastra Anak Bacaan
Dunia anak-anak tentu sewarna dengan pengalaman dan pengetahuan
mereka yang belum menumpuk sehingga masih diperlukan mediasi untuk
mengembangkan daya kreatifnya. Maka yang paling penting dalam hal ini adalah
pemenuhan hak anak. Hal yang dimaksud adalah proses belajar, menjadi individu
yang subjektif, perkembangan pengalaman dan pengetahuan, yang semuanya berada
dalam bingkai dunia anak. Membaca dan menulis misalnya, merupakan hak anak
sebab di sana terdapat adanya ‘proses menjadi diri sendiri secara utuh’, bukan
senjadi seperti gurunya, seperti orantuanya, atau seperti orang lain.
Sejak kecil kita sering membaca komik, dongeng, fabel dll. Kita
disuguhkan dengan cerita-cerita ditektif, hewan, petualangan. Secara umum
bacaan anak-anak sekarang pasti tak lepas dari komik. Tak bisa dielakkan,
daftar buku terlaris anak pada jaringan toko buku terkemuka menunjukkan
golongan buku komik Crayon Shinchan, Yu Gi Oh!, Detektif Conan
Special, New Kung Fu Boy, Samurai Deeper Kyo, Naruto, Baby Love, Gals, atau Cerita
Spesial Doraemon selalu menjadi pilihan untuk dibeli. Selain buku komik
Jepang tersebut, seri terjemahan dari Walt Disney-lah yang sering kali tampak
di pasaran. Merebaklah tuduhan bahwa bacan-bacaan tersebut telah memelintir
anak-anak bangsa hingga hanya memiliki segelintir nilai-nilai universal yang
canggung dan kehilangan akar budayanya.
Sastra anak sebagai salah satu bentuk karya sastra, wujud
pertama dapat dilihat dari bahannya, yaitu bahasa. Dalam pemakaian bahasa,
sastra anak tidak mengandalkan satu bentuk keindahan sebagaimana laiknya
karya sastra. Yang paling penting untuk ditonjolkan dalam sastra anak adalah
fungsi yang hadir bersamanya, yaitu aspek pragmatis. Namun karena berpatok
kaku pada tataran ini banyak karya sastra anak Indonesia yang terjebak dalam
tema yang itu-itu saja, tidak berkembang, terlebih lagi unsur didaktik yang
kuat menimbulkan kesan menggurui dan melemahkan cerita.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga
berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak,
serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat
amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi
dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak.
Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau
senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau
dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga
menuntun kecerdasan emosinya.
A.
Karakter
anak :
Apapun
karakter anak, sebaiknya diterima kemudian dipahami sehingga bisa memberikan
pola asuh sesuai kebutuhan anak. ??Saat menghadapi anak sulit (difficult
child) yang menangis, sebaiknya orangtua lebih sabar dan tidak
menimpalinya dengan omelan, atau bentakan (verbal abuse) yang justru
membuat anak merasa tidak nyaman, Pelukan dan belaian lembut akan menciptakan
rasa nyaman dan menurunkan kerewelan si anak sulit.dengan mengenali karakter
anak, orangtua dapat memahami dan menemukan cara-cara tepat untuk mengasuh
anak. Misalnya jika anak tergolong introvert, jangan terlalu memaksa anak
akan bercerita tentang perasaan atau kebutuhannya. Namun, mungkin saja
orangtua perlu usaha lebih untuk mendekatkan diri dan mengajak anak bicara.
Sementara pada anak yang lebih terbuka dan selalu bercerita tanpa
diminta, maka orangtua bisa mengarahkan anak untuk melihat kondisi dan waktu
yang tepat bercerita.
orangtua
bisa mengenali kepribadian anak berdasarkan pengamatan perilaku anak
sehari-hari seperti cara anak berkomunikasi, gaya hidup, atau ketika anak
tengah menganalisa suatu persoalan dan membuat keputusan sendiri. Menurut
Carl Gustav Jung dalam bukunya Personality Plus karakter anak bisa
dibedakan berdasarkan caranya membuat keputusan, ada anak yang
mempertimbangkan perasaan orang lain (feeling) atau hanya menggunakan
data-data dan hal-hal yang memang ia lihat dan miliki (thinking).
Kemudian bisa juga melihat gaya hidup dari anak, misal penuh spontanitas
dan tidak terduga, kurang peduli pada aturan-aturan kaku (perceiving),
penuh perencanaan, atau taat pada aturan (Judgement).
B.
Mengenali
karakter anak :
Belajar
baca-tulis pada anak usia dini bisa dilakukan dengan cara menyenangkan. Cara
paksaan dengan jadwal belajar ketat dan harus memenuhi target buatan orang
dewasa hanya akan membuat anak merasa tertekan. Anak bisa saja mahir
baca-tulis pada usia dini, tetapi apakah kesadaran dan kebutuhan juga ikut
tumbuh dalam jiwa mereka? Itu pertanyaan dasarnya. Tanpa didasari kebutuhan
belajar, anak terbentuk seperti robot yang pasrah saja diprogram apa pun oleh
orangtuanya.
"Dengan melatih kepekaan anak sejak dini melalui proses alamiah si anak, akan terbentuk kesadaran dari jiwa terdalam anak. Kepekaan ini kemudian melahirkan kebutuhan dasar anak yang datang dari rasa ingin tahu mereka. Jika anak dapat menyadari kebutuhannya, kesadaran belajar akan muncul dengan sendirinya tanpa dipaksa, termasuk dalam hal baca-tulis sejak usia dini," ujar Dewi. Lantas, bagaimana cara menumbuhkan kesadaran belajar dari dalam diri si anak? Jawabnya, bebaskan anak beraktivitas dan menggali rasa ingin tahu. Seberapa sering Anda melihat anak membolak-balik buku cerita atau buku bacaan? Apa yang Anda lakukan? Menghentikan aktivitas si anak karena menurut persepsi Anda si anak akan merobek buku dan membuat berantakan seisi rumah? Jika itu cara Anda, hentikan sekarang juga. Masa alami anak-anak menggali rasa ingin tahunya dimulai dengan membongkar rak buku dan melihat buku-buku tersebut meski si anak belum bisa membaca. Bebaskan anak menggali rasa ingin tahunya dengan melihat bentuk buku, gambar, tulisan, atau apa pun yang menarik perhatian mereka dari bahan bacaan. Bahkan, sekadar memegang buku pun menjadi awal ketertarikan anak yang semestinya tidak diintervensi orang dewasa. Selanjutnya, anak akan mulai mengenali alat tulis dan membuat coretan tak beraturan. Sebagai orangtua, arahkan anak untuk mencoret di tempat yang disediakan. Biarkan anak mengeksplorasi dirinya. Jika anak terlihat aktif, pantau mereka tanpa perlu mencampuri, apalagi melarang. Anak-anak tak akan tahu rasanya sakit karena terjatuh jika dilarang berlarian, bukan? "Jika kebebasan eksplorasi diri ini didapatkan oleh anak-anak, akan muncul masa di mana anak merasa butuh sesuatu, termasuk belajar membaca," papar Dewi. Sederhananya, dimulai dari pegang buku, membolak-balik halaman, hingga mencoret, anak mulai merasa butuh belajar baca tulis. Jika sudah butuh, anak akan meminta. Nah, di sini orangtua punya peran. Mulai saja dengan membacakan buku cerita dan mendiskusikan; perlahan anak akan mulai bertanya cara membacanya. Peran aktif orangtua sangat memengaruhi sejauh mana kemampuan baca-tulis anak.
C.
Sastra
Anak dan Bacaan Anak :
Puisi
Anak; Secara tipografi, puisi anak ditulis dalam bentuk bait-bait, bahasanya
berirama, sederhana, singkat dan padat yang menggambarkan citraan yang
terjangkau anak, dan isinya mengambarkan suatu pengalaman yang dipadatkan
berdasarkan sudut pandang anak, luapan emosi yang ada di dalamnya dipengaruhi
oleh tanggapan inderanya. Puisi anak dapat dibedakan ke dalam puisi
tradisional, yaitu puisi yang memiliki ciri-ciri tradisional, seperti
kakawihan barudak (nyanyian anak-anak), pupujian dan pupuh; serta puisi
modern atau lebih dikenal dengan istilah sajak.
Sastra
anak adalah buku-buku bacaan yang sengaja di tulis untuk dikonsumsi
oleh anak-anak, buku-buku yang isi kandungannya sesuai dengan minat dan
dunia anak, sesuai dengan perkembangan emosional dan intelektual anak, dan
buku-buku yang karenanya dapat memuaskan anak. Definisi dia atas bertolak
dari definisi yang diutarakan oleh Hunt (Nurgiantoro 2005:8). Buku bacaan
yang dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pu
la memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut anak anak.
Prosa
Anak; Cerita tentang hidup dan kehidupan berdasarkan sudut pandang anak yang
ditulis secara prosais. Prosa anak dapat berkisah apa saja, baik kehidupan
manusia, binatang, tumbuhan, maupun kehidupan yang lain termasuk makhluk dari
dunia lain. Tokoh anak harus menjadi pusat perhatian dan pengisahan. Dengan
demikian, ketika membaca cerita prosa itu anak dengan mudah memahami,
mengidentifikasikan, dan mengembangkan fantasinya lewat bacaan. Prosa
anak pun dapat berupa prosa tradisional seperti cerita dongeng dan prosa
modern seperti novelet anak.
Drama
Anak; teks yang berupa dialog para tokoh yang membentuk sebuah alur cerita.
Dialog yang ada dapat diungkapkan dalam bentuk percakapan yang diucapkan atau
dalam bentuk nyanyian atau disenandungkan yang disebut drama suara, seperti
purna drama Nini Anteh karya Wahyu wibisana dan gending karesmen Nyai Arum
Tresna Malati karya Hidayat Suryalaga.
Komik
Anak; cerita bergambar dengan sedikit tulisan. Komik sering dikonotasikan
dengan hal-hal yang lucu, unsur kelucuan itu terdapat pada gambar yang
menghiasinya yang sering tidak proporsional tetapi memiliki kepaduan cerita
(Ampera, 2010: 2).
D.
Sastra
Anak dan Pembentukan Karakter :
Sastra
Anak dan Pembentukan Karakter Genre sastra yang selain memberikan hiburan
juga mengajarkan nilai-nilai moral dan kebijaksanaan hidup yang dianggap
penting bagi anak Media yang paling efektif untuk menyampaikan nilai-nilai
pembentuk karakter Tidak sekadar bahan bacaan tetapi juga pembuka cakrawala
dan dunia imajinasi anak Kesusasteraan mencerminkan berbagai aspek budaya
seperti seperti nilai-nilai, keyakinan, cara hidup dan pola pikir (Jenkins
& Austin 1987)
Ada
empat titik tolak yang dapat diambil untuk merumuskan secara khusus
sapa yang disebut bacaan anak-anak, yaitu:
1)
Rumusan
khusus
o
Tradisionil
: Bacaan anak-anak adalah yang tumbuh dari lapisan rakyat sejak zaman dahulu
kala dalam bentuk mitologi, ceritera-ceritera binatang, dongeng, legenda, dan
kisah-kisah kepahlawanan yang romantis.
o
Idealistis :
Bacaan anak-anak harus bersifat patut, dan universal dalam arti, didasarkan
pada bahan-bahan terbaik yang diambil dari zaman yang telah lalu dan
karya-karya masa kini.
o
Popular :
Bacaan anak-anak adalah bacaan yang bersifat menghibur, sesuatu yang
menyenangkan anak-anak .
o
Teoritis :
Bacaan anak-anak adalah bacaan yang dikonsumir anak-anak dengan bimbingan
dan pengarahan anggota-anggota dewasa suatu masyarakat, sedangkan
penulisnya juga dilakukan oleh orang–orang dewasa (Riris Sarumpaet, 1976
:23).
2)
Ciri-ciri
Khas
Selain rumusan-rumusan khusus terdapat ciri-ciri khas bacaan
anak, antara lain:
Adanya sejumlah pantangan, artinya karena pembacanya anak-anak
dari berbagai kelompok usia, maka hanya hal-hal tertentu yang dapat
dikisahkan pada anak-anak dari kelompok-kelompok usia
tertentu. Dalam hal inilah, kita dapat memanfaatkan sumber-sumber,
sasaran dan konteksnya.
Penyajian dengan gaya langsung. Deskripsi yang sesingkat mungkin
dan menuju sasaran langsung, mengetengahkan aksi yang dinasmis dan jelas
sebab-musababnya. Di sana-sini deskripsi diselingi dialog yang wajar,
organis, dan hidup.
Adanya fungsi terapan. Karena buku anak-anak ditulis oleh orang
dewasa, maka fungsi itu seringkali menampung kecenderungan penulisnya untuk
menggurui. Semua bacaan anak-anak ditandai oleh selalu adanya hal-hal yang
informatif, oleh adanya elemen-elemen yang beranfaat baik untuk pengetahuan
umum atau keterampilan, maupun untuk pertumbuhan anak-anak.
(Riris Sarumpaet, 1976: 24)
3)
Kejujuran
:
Kejujuran Nilai yang sangat penting dalam budaya Barat (ada
pepatah Bahasa Inggris: ”Honesty is the best policy”). Budaya Indonesia
bukannya tidak menjunjung tinggi nilai kejujuran, hanya saja dalam masyarakat
kita ada nilai-nilai lain yang mungkin dianggap lebih penting, seperti
toleransi dan tenggang rasa.
5.
Hakikat Sastra Anak
Disekolah Dasar, Pembelajaran
Sastra dimaksudkan Untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya
sastra. Menurut Huck (1987 : 630-623) bahwa pembelajaran sastra di SD harus
memberi pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada 4 tujuan, yakni :
1)
Pencarian kesenangan Pada buku
2)
Menginterprestasikan bacaan sastra
3)
Mengembangkan kesadaran bersastra
4)
Mengembangkan apresiasi
Pembelajaran
sastra di SD adalah Pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra
yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia
yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat
sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur
imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus
sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan
bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian
nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam
kehidupan.
Jenis
sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam
sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra
anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu :
1)
sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda
mati,
2)
sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya
makhluk hidup selain manusia,
3)
sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang
berasal dari manusia itu sendiri.
Seperti
pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media
pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan
emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral,
pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta
memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam
sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan
gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan
mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan
emosinya.
Kegiatan Belajar 2
Apresiasi Sastra Anak
1.
Apresiasi berarti :
a)
kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya;
b)
penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu; dan
c)
kenaikan nilai barang karena harga pasarnya naik
atau permintaan akan barang itu bertambah.
Sehubungan dengan materi pembelajaran sastra anak
ini, pengertian apresiasi yang kita maksudkan di sini adalah pengertian
pertama dan kedua, yaitu (a) kesadaran kita terhadap nilai-nilai seni dan
budaya (sastra anak), dan (b) penilaian atau penghargaan kita terhadap
sesuatu (sastra anak).
Ada tiga batasan apresiasi sastra anak, yaitu
a)
Apresiasi sastra anak adalah penghargaan (terhadap
karya sastra anak) yang didasarkan pada pemahaman;
b)
Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya
sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan
penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra anak; dan
c)
Apresiasi sastra anak adalah kegiatan menggauli
cipta sastra anak dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
cipta sastra anak.
Dalam melaksanakan apresiasi sastra anak itu kita
dapat melakukan beberapa kegiatan, antara lain :
a)
kegiatan apresiasi langsung, yaitu membaca sastra
anak, mendengar sastra anak ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan
menonton pertunjukan sastra anak dipentaskan;
b)
kegiatan apresiasi tidak langsung, yaitu mempelajari
teiri sastra, mempelajari kritik dan esai sastra, dan mempelajari sejarah
sastra;
c)
pendokumentasian sastra anak, dan
d)
melatih kegiatan kreatif mencipta sastra atau
rekreatif dengan mengungkapkan kembali karya sastra yang dibaca, didengar
atau ditontonnya.
Ada tiga tingkatan atau langkah dalam apresiasi
sastra anak, yaitu :
a)
seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam cipta
sastra anak, ia terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif;
b)
setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya
intelektual seseorang itu bekerja lebih giat menjelajahi medan makna karya
sastra yang diapresiasinya; dan
c)
seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia
di luarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan lebih luas
dan mendalam.
Setidaknya terdapat lima manfaat bagi kehidupan
ketika mengapresiasi sastra anak, yaitu
a)
manfaat estetis,
b)
manfaat pendidikan,
c)
manfaat kepekaan batin atau sosial,
d)
manfaat menambah wawasan, dan
e)
manfaat pengembangan kejiwaan atau kepribadian.
Kegiatan Belajar 3
Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak
2.
Pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar
meliputi tiga tahapan yang harus dilalui seorang guru, yaitu :
a.
persiapan pembelajaran,
b.
pelaksanaan pembelajaran, dan
c.
evaluasi pembelajaran.
Tahap persiapan pembelajaran apresiasi sastra anak
di sekolah dasar bagi seorang guru dapat menyangkut dengan dirinya, yaitu
a.
persiapan fisik, dan
b.
persiapan mental.
Fisik seorang guru harus sehat jasmaninya, tidak
sakit-sakitan. Mentalnya pun harus sehat jiwanya, tidak sakit ingatan.
Sementara itu, hal-hal teknis yang perlu
dipersiapkan adalah:
a.
memilih bahan ajar,
b.
menentukan metode pembelajaran, dan
c.
menuliskan persiapan mengajar harian.
1)
Bahan ajar harus sesuai dengan anak didik sehingga
pertimbangan usia anak didik menjadi pilihan utama. Keberagaman tema,
keberagaman pengarang, dan bobot atau mutu karya sastra yang akan dijadikan
bahan ajar juga menjadi pertimbangan yang matang. Menentukan metode harus
disesuaikan dengan kemampuan guru dan kebutuhan serta kesesuaian dengan
keadaan siswa. Menuliskan persiapan mengajar harian merupakan salah satu
bentuk keprofesionalan seorang guru. Penulisan PMH itu juga menunjukkan bahwa
guru siap secara lahir batin hendak menyampaikan pembelajaran apresiasi
sastra anak di sekolah dasar.
2)
Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra anak di
sekolah dasar dapat dimulai dari kegiatan pra-KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
hingga KBM di kelas. Kegiatan pra-KBM dapat dilakukan dengan memberi salinan
atau kopi teks sastra, diberi tugas membaca, menghafalkan, meringkas atau
mencatat dan menemukan arti kata-kata sukar yang terdapat dalam teks sastra.
KBM di kelas dapat dilakukan dengan memberi tugas membaca sajak, membaca
cerita, berdeklamasi atau mendongeng di depan kelas, Setelah itu baru
diadakan tanya jawab, menuliskan pendapat, dan berdiskusi bersama merumuskan
isi, tema, dan amanat.
3)
Evaluasi pembelajaran apresiasi sastra itu hendaknya
mengandung tiga komponen dasar evaluasi, yaitu :
a.
kognisi,
b.
afeksi, dan
c.
keterampilan.
Pada umumnya dikenal dua bentuk penilaian, yaitu :
a.
penilaian prosedur, yang meliputi penilaian proses
belajar dan penilaian hasil belajar, dan
b.
instrumen atau alat penilaian, yang meliputi tanya jawab,
penugasan, esai tes dan pilihan ganda.
|