materi prosa
Istilah
prosa menurut Nurgiyantoro (2013: 1) dapat menyaran pada pengertian
yang lebih luas. Ia mencakup berbagai karya tulis yang ditulis dalam
bentuk prosa, bukan puisi atau drama, tiap baris dimulai dari margin
kiri penuh sampai ke margin kanan. Prosa sebagai karya sastra sebagaimana dijelaskan oleh Abrams (1999:94 Via Nurgiyantoro, 2013: 2) merujuk pada fiksi (fiction), teks naratif atau wacana naratif.
Istilah fiksi ini diartikan sebagai cerita rekaan atau khayalan, tidak
menyaran pada kejadian faktual atau sesuatu yang benar-benar terjadi.
Fiksi merujuk pada prosa naratif yang dalam hal ini novel dan cerpen, bahkan fiksi sendiri bisa jadi sering disebut sebagai novel. Novel sebagai sebuah fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dll, yang kesemuanya bersifat imajinatif. Namun, perlu dicatat bahwa dalam dunia sastra terdapat juga karya sastra yang mendasarkan diri pada fakta. Karya seperti inilah yang oleh Abrams (1999:94 via Nurgiyantoro, 2013: 5) sebagai fiksi historis, sebagai contoh novel "Surapati" dan "Robert Anak Suropati" karya Abdul Muis dapat disebut sebagai novel historis. Dunia fiksi lebih banyak mengandung berbagai kemungkinan daripada dunia nyata. Hal itu wajar terjadi, mengingat kreativitas pengarang yang "tidak terbatas" (licentia poetica).
Fiksi merujuk pada prosa naratif yang dalam hal ini novel dan cerpen, bahkan fiksi sendiri bisa jadi sering disebut sebagai novel. Novel sebagai sebuah fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dll, yang kesemuanya bersifat imajinatif. Namun, perlu dicatat bahwa dalam dunia sastra terdapat juga karya sastra yang mendasarkan diri pada fakta. Karya seperti inilah yang oleh Abrams (1999:94 via Nurgiyantoro, 2013: 5) sebagai fiksi historis, sebagai contoh novel "Surapati" dan "Robert Anak Suropati" karya Abdul Muis dapat disebut sebagai novel historis. Dunia fiksi lebih banyak mengandung berbagai kemungkinan daripada dunia nyata. Hal itu wajar terjadi, mengingat kreativitas pengarang yang "tidak terbatas" (licentia poetica).