SASTRA
LAMA DAN SASTRA BARU
Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 1 Sastra Lama dan Sastra Baru Dalam perkembangan sastra
di Indonesia sastra dibagi berdasarkan waktu kemunculannya sehingga
terdapatlah apa yang disebut dengan sastra lama dan sastra baru. Sastra lama
merujuk pada sastra lisan yang sudah sejak lama mengakar pada masyarakat
tutur Indonesia. Berdasarkan ragamnya sastra lama dapat berupa puisi lama
yang terbagi menjadi: pantun, syair, karmina, talibun, gurindam. Untuk
kategori cerita naratif atau prosa sastra, jenis sastra lama yang dikenal
antara lain: dongeng, legenda, hikayat, myte. Secara umum sastra lama dan
sastra baru dapat dilihat perbedaannya dari keteraturan sastra lama ketat dan
taat pada aturan sedangkan pada sastra baru lebih bebas. Berdasarkan waktu,
puisi dapat dikelompokkan menjadi puisi lama dan puisi baru. Beberapa jenis
puisi lama yang dikenal oleh masyarakat sastra Indonesia antara lain. 1.
Pantun Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang
berarti "petuntun". Pantun terdiri atas empat larik (atau empat
baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak
dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun
pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang
tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak terdapat nama
penulis. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi.
Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam
(mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya
hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk
mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan
tujuan dari pantun tersebut. Berikut contoh pantun Jalan-jalan ke pasar baru
Jangan lupa beli sepatu Kalau hendak mencari ilmu Jangan malu bertanya pada
guru Pantun sendiri masih berbagai macam jenisnya, diantaranya: Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 2 a. pantun adat b. pantun agama c. Pantun budi d.
Pantun jenaka e. Pantun kepahlawanan f. Pantun kias g. Pantun nasihat h.
Pantun percintaan i. Pantun peribahasa j. Pantun perpisahan k. Pantun teka
teki 2. Seloka (pantun berkait) Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup
dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa
bait. Seloka mempunyai ciri: (1) Baris kedua dan keempat pada bait pertama
dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua. (2) Baris kedua dan
keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga,
dan seterusnya, sedangkan aturan pembuatan pantunnya sama dengan aturan
pantun yang sudah disebutkan sebelumnya. Contoh seloka Lurus jalan ke
Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan rusuh, Ibu mati
bapak berjalan Kayu jati bertimbal jalan, Turun angin patahlah dahan Ibu mati
bapak berjalan, Ke mana untung diserahkan 3. Talibun Talibun adalah pantun
jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 3 misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu bait
berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi. Jika satu bait
berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.Jadi, apabila
enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.Bila terdiri dari delapan baris,
sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d Contoh talibun: Telah penat hamba
mendaki mendaki batu berjenjang bulan tak juga terang-terangnya Telah penat
hamba menanti telah putih mata memandang tuan tak kunjun datang juga 4.
Pantun Kilat (Karmina) Karmina mempunyai ciri-ciri: Setiap bait terdiri dari
dua baris, baris pertama merupakan sampiran. Baris kedua merupakan isi.
Bersajak a – a. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata. Pada umumnya
karmina digunakan untuk memberi sindiran secara halus. Karmina juga dapat
dibagi lagi sesuai dengan isinya sebagaimana pantun. Contoh karmina Dahulu
parang, sekarang besi Dahulu sayang sekarang benci 5. Mantra Mantra adalah
puisi tua yang keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan
sebagai karya sastra melainkan sebagai adat dan kepercayaan. Mantra tidak
memiliki aturan tertentu seperti halnya dalam pantun. Hanya pada saat itu
mantra dianggap mengandung kekuatan ghaib yang diucapkan dalam waktu
tertentu. Contoh mantra untuk menyadap nira/gula aren dapat dilihat di bawah
ini. Assalammu’alaikum putri satulung besar Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari Aku menyanggul rambutmu Aku membawa sadap gading Akan
membasuh mukamu Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 4 6. Gurindam Gurindam adalah puisi lama yang berasal
dari Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula, amsal, atau
perumpamaan. Gurindam mempunyai ciri: Sajak akhir berima a – a ; b – b; c – c
dst. Sama dengan ciri sastra lama lainnya gurindam berisinya nasihat yang
cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.
Perhatikan contoh gurindam berikut. Kurang pikir kurang siasat Tentu dirimu
akan tersesat Barangsiapa tidak sembahyang Bagai rumah tiada tiang 7. Syair
Syair merupakan salah satu jenis puisi lama. Kata "syair" berasal
dari bahasa Arab syu’ur yang berarti "perasaan". Kata syu’ur
berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti "puisi" dalam
pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian
puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut
mengalami perubahan dan modifikasi sehingga syair didesain sesuai dengan
keadaan dan situasi yang terjadi. Penyair yang berperan besar dalam membentuk
syair menjadi khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan berbagai karya syair
yang ditulisnya, antara lain: Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair
Dagang, dan Syair Sidang Fakir. Syair memiliki ciri: Setiap bait terdiri atas
empat baris. Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata. Bersajak a-a-a-a. Isi
tidak semua sampiran. Contoh : Pada zaman dahulu kala Tersebutlah sebuah
cerita Sebuah negeri yang aman sentosa Dipimpin sang raja nan bijaksana
Negeri bernama Pasir Luhur Tanahnya luas lagi subur Rakyat teratur hidupnya
makmur Rukun raharja tiada terukur Raja bernama Darmalaksana Tampan rupawan
elok parasnya Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 5 Adil dan jujur penuh wibawa Gagah perkasa tiada
tandingnya Puisi Baru Puisi baru adalah pembaharuan dari puisi lama yang
mendapat pengaruh dari Barat. Dalam penyusunan puisi baru mengenai rima dan
jumlah baris setiap bait tidak terlalu dipentingkan. Puisi baru bentuknya
lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata,
maupun rima. Namun demikian, bentuk puisi lama tetap mempengaruhi penulisan
puisi baru. Rizal (2010:75) mengungkapkan, ciri-ciri puisi baru yaitu: 1.
Bentuknya rapi, simetris. 2. Mempunyai persajakan akhir (yang teratur). 3.
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
4. Sebagian besar puisi empat seuntai. 5. Tiap-tiap barisnya atas sebuah
gatra (kesatuan sintaksis) 6. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian
besar): 4-5 suku kata. Jenis puisi baru berdasarkan isinya menjadi beberapa macam
yaitu. 1. Balada Balada adalah puisi berisi kisah atau cerita suatu riwayat.
Balada berbeda dari sajak epik yang menekankan pada heroisme seorang tokoh
sejarah atau tokoh mitos. Balada menceritakan kehidupan orang biasa yang
penuturannya didramatisasi sehingga menyentuh. Balada lebih berkembang di
Indonesia dibandingkan karya epik. Sastrawan yang terkenal dengan sajak
baladanya adalah WS Rendra. 2. Himne Himne adalah puisi yang bersifat
transendental atau berisi pujian untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Pada
umumnya himne berisi pujian atau keluh kesah yang ingin disampaikan kepada
Tuhan, untuk lebih memahami bagaimana bentuk dan isi himne perhatikan sajak
karya Abdul Hadi WM berikut. Tuhan, Kita Begitu Dekat Tuhan, Kita begitu
dekat Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 6 Sebagai api dengan panas Aku panas dalam apimu Tuhan,
Kita begitu dekat, Seperti kain dengan kapas. Aku kapas dalam kainmu Tuhan, Kita
begitu dekat, Seperti angin dengan arahnya. Kita begitu dekat. Dalam gelap
Kini aku nyala Pada lampu padammu 3. Ode Ode adalah puisi yang berisi
sanjungan untuk orang, benda, atau peristiwa yang memuliakan. Biasanya, ode
ditujukan kepada pahlawan atau tokoh yang berpengaruh. Sajak Chairil Anwar
berjudul “Diponegoro”. 4. Epigram Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan
atau ajaran hidup, nilai-nilai kehidupan dan ajaran moral menjadi ciri khusus
epigram ini. Pada puisi lama berjenis pantun juga berisi hal yang sama,
tetapi dalam epigram lebih keras dan cenderung menyindir dalam menyampaikan
maksudnya. Untuk lebih jelasanya lagi perhatikan epigram karya Surapati
berikut ini. Pemuda Pemuda... Apakah pemuda sebenar pemuda Yang jadi semarak
sejarah dunia? Apakah dia Muda usia, Beliau yang pandai melagak gaya Asyik
berhias senantiasa Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 7 Saya tahu banyak yang menyangka Pemuda itu yang muda
belaka Ia merasa megah dan suka Bila disebut engkau pemuda Pemuda... Adakah
pemuda sebenar pemuda Pemuda yang berani membusungkan Dada: inilah saya Tlah
sedia! Semangat muda, jiwaku muda Kehendaku harusm dapat ditunda! Pemuda
bukan hiasan anggota Bukan pula hiasan kata Tetapi menjadi hiasan bangsa
Karena usaha yang banyak jasa Pemuda... Hanya engkau waris yang tunggal untuk
menerima pusaka tinggal pusaka bukan emas intan Tetapi usaha yang masih
terbengkalai Wajiblah engkau lunaskan tunai! Engkau waris, wahai pemuda
Engkau juga bapak dan bunda Engkaulah...hanya Engkaulah..semuanya... Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 8 5. Romance Romance adalah puisi yang berisi
kisah-kisah percintaan, yang pada umumnya lahir dari pengalaman pengarang
tentang kisah percintaan yang pernah dialami. Romance juga bisa lahir dari
pengamatan pengarang terhadap orang-orang sekitar yang tengah menjalin
hubungan cinta. 6. Elegi Elegi adalah puisi yang mengungkapkan kesedihan.
Jenis puisi ini lebih ditujukan untuk ekspresi perasaan aku-lirik sehingga
puisi lebih menekankan yang dirasakan aku lirik. Sebagai contoh, perhatikan
puisi karya Sutan Takdir Alisjahbana berikut. Bertemu Aku berdiri di tepi
makam Surya pergi menyinari tanah Merah muda terpandang mata Jiwaku mesra
tunduk ke bawah Dalam hasrat bertemu muka Melimpah mengalir kandungan masa
Dalam kami berhadap-hadapan Menembus tanah yang tebal Kuangkat muka melihat
sekitar Kuburan berjajar beraratus-ratus Tanah memerah rumput merimbun Pualam
bernayanyi , kayu berlumut Sebagai kilat nyinar di kalbu Sebanyak itu curahan
duka Sesering itu pilu menyayat Air mata cucur ke bumi Wahai adik berbaju
putih Dalam tanah bukan sendiri Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 9 Dan meniaraplah di waktu papa Di kaki yang Esa Di
depan-Mu dukamu duka dunia Sedih kalbuku; sedih semesta Beta hanya duli di
udara Hanyut mengikuti dalam pewana Sejuk embun turun jiwa Dan di mata
menerang sinar 7. Satire Satire adalah puisi yang berisi sindiran atau
kritikan tajam terhadap keadaan masyarakat atau kehidupan sosial-budayanya.
Sebenarnya tak terbatas pada puisi saja, prosa dan drama juga bisa disebut
satire jika temanya melawan dan menyindir kondisi zaman. Contoh puisi satire
yang menyindir dengan tajam adalah puisi karya Amal Hamzah yang berjudul
“Melaut Benciku”. Jenis puisi baru menurut jumlah baris dibagi menjadi
delapan jenis yaitu: 1. Distikon Distikon merupakan puisi yang tiap baitnya
terdiri atas dua baris atau disebut puisi dua seuntai. Distikon berima a-a.
Sebagai contoh perhatikan puisi Amir Hamzah berikut ini: Hang Tuah Baju
berpuput alun digulung Banyu direbus buih dibubung Selat Malaka ombaknya
memecah Pukul-memukul belah-membelah Bahtera ditepuk buritan dilanda Penjajah
dilantuk halauan diunda Camar terbang riuh suara Alkamar hilang menyelam
segera Armada pringgi lari bersusun Malaka Negeri hendak diturun Galyas dan
pusta tinggi dan kukuh Pantas dan angkara ranggi dan angkuh Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 10 2. Terzina Terzina merupakan puisi yang tiap baitnya
terdiri atas tiga baris atau disebut puisi tiga seuntai. Tidak seperti dalam
puisi lainnya, rima pada terzina teratur dengan urutan rima a-a-a-, a-a-b,
ab-c, dan a-b-b. Untuk lebih jelasnya perhatikan puisi O.R. Mandank berikut:
Bagaimana Kadang-kadang aku benci Bahkan sampai aku maki ...diriku sendiri
Seperti aku Menjadi seteru ....diriku sendiri Waktu itu Aku... Seperti
seorang lain dari dirku Aku tak puas Sebab itu aku menjadi buas Menjadi buas
dan ganas 3. Kuatrain Kuatrain merupakan puisi yang tiap baitnya terdiri atas
empat baris atau disebut puisi empat seuntai. Rima dalam kuatrain lebih bebas
dan tidak terikat pada satu susunan rima, tidak seperti syair yang bentuknya
mirip kuatrain. Biasanya kuatrain memakai susunan rima a-b-a-b, a-a-a-a, atau
a-a-b-b. Perhatikan kuatrain karya AM. Daeng Mayla berikut ini.
Mendatang-datang jua Kenangan masa lampau Menghilang muncul jua Yang dulu
sinau silau Membayang rupa jua Adi kanda lama lalu Membuat hati jua Layu
lipu-rindu sendu 4. Kuint Kuint merupakan merupakan puisi yang tiap baitnya
terdiri atas lima baris atau disebut puisi lima seuntai. Kuint menggunakan
rima a-a-a-a-a. Perhatikan kuint karya O.R. Mandank berikut ini. Hanya Kepada
Tuan Satu-satu perasaan Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 11 Yang saya rasakan Hanya dapat saya katakan Kepada
tuan Yang pernah merasakan Satu-satu kegelisahan Yang saya rasakan Hanya
dapat saya kisahkan Kepada tuan Yang pernah diresah kegelisahan Satu-satu
desiran Yang saya rasakan Hanya dapat saya syairkan kepada Tuan Yang pernah
mendengarkan desiran Satu-satu kenyataan Yang saya dustakan Hanya dapat saya
nyatakan kepada tuan Yang enggan menerima kenyataan 5. Sektet Sektet
merupakan puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris atau disebut puisi
enam seuntai. Berbeda dengan puisi baru lainnya sektet tidak memiliki susunan
rima yang beraturan. Rustam Efendi memiliki sebuah puisi yang berupa sektet
berikut ini. Bunda dan Anak Masak jambak Buah sebuah Diperan alam di ujung
dahan Merah Beruris-uris Bendera masak bagi selera Lembut umbut Disantap
sayap Kereak pipi mengobat luas Semarak jambak Di Bawah pohon terjatuh ranum Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 12 Lalu ibu Di pokok pohon Tertarung hidup, terjauh mata
Pada pala Tinggal sepenggal Tertercik liur di bawah lidah 6. Septime Septime
merupakan puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris atau disebut puisi
tujuh seuntai. Septime juga tidak menggunakan susunan rima yang beraturan.
Perhatikan contoh septime dalam puisi karya Muhamad Yamin berikut ini.
Indonesia tumpah darahku Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang
pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan
hijau Gunung gemunung bagus rupanya Ditimpah air mulia tampaknya Tumpah darahku
Indonesia namanya 7. Oktaf atau stanza Oktaf atau stanza merupakan puisi yang
tiap baitnya terdiri atas delapan baris atau disebut delapan, tiga seuntai.
Oktaf atau stanza ini tidak menggunakan susunan rima yang beraturan. Untuk
melihat bentuk stanza perhatikan karya Mr, Dajoh berikut ini. Pertanyaan Anak
Kecil Hai kayu-kayu dan daun-daunan! Mengapakah kamu bersenang-senang?
Tertawa-tawa bersuka-sukaan? Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 13 Oleh angin dan tenang, serang? Adakah angin tertawa
dengan kami? Bercerita bagus menyenangkan kami? Aku tidak mengerti kesukaan
kamu! Mengapa kamu tertawa-tawa? 8. Soneta Soneta merupakan puisi yang
terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua; dua bait pertama
masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Sesuai
dengan bentuk awalnya, soneta yang diperkenalkan di Indonesia memiliki empat
belas baris. Namun, dalam perkembangannya, soneta di Indonesia ada juga yang
jumlahnya lebih dari empat belas baris. Soneta memiliki rima yang beragam,
ada yang berima a-b-a-b atau a-b-b-a. William Shakespeare dalam karya
Sonetanya menggunakan rima a-b-a-b dalam susunan bait 4-4-4-2, sedangkan Muhammad
Yamin menggunakan rima a-b-a-b- dalam susunan bait 4-4-3-3-. Jadi, dalam
perkembangannya, soneta mengalami pengembangan yang cukup beragam dari soneta
asal Italia yang dianggap sebagai soneta awal. Fungsi pada masa lahirnya
digunakan sebagai alat untuk menyatakan curahan hati. Namun, kini tidak
terbatas pada curahan hati semata-mata, melainkan perasaan-perasaan yang
lebih luas seperti pernyataan rindu pada tanah air, pergerakan kemajuan
kebudayaan, ilham sukma, dan perasaan keagamaan. Selanjutnya Rizal (2010: 82)
mengemukakan pula tentang ciri-ciri puisi soneta sebagai berikut: a. Terdiri
atas 14 baris. b. Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quantrain dan 2
terzina. c. Dua quantrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang
disebut octaf d. Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang
disebut isi, disebut juga sextet. e. Bagian sampiran biasanya berupa gambaran
alam. Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 14 f. Sektet berisi curahan atau jawaban ataupun
kesimpulan apa yang dilukiskan dalam octaf, jadi sifatnya subjektif. g.
Peralihan dari oktaf ke sektet disebut volta. h. Penambahan baris pada soneta
disebut koda. i. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya 9-14 suku
kata. j. Rima akhirnya adalah (a-b-b-a), (a-b-b-a), (a-a-a), (a-a-a). Untuk
lebih jelasnya, perhatikan soneta karya Mohammad Yamin berikut: Gembala
Perasaan siapa tak’kan nyala Melihat anak berlagu dendang Seorang sahaja di
tengah padang Tiada berbaju buka kepala Beginilah nasib anak gembala Berteduh
di bawah kayu nan rindang Semenjak pagi meninggalkan kandang Pulang ke rumah
di senja kala Jauh sedikit sesayup sampai Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai Wahai gembala di segara hijau Mendengarkan
puputmu menurutkan kerbau Maulah aku menurutkan dikau Selanjutnya untuk
pembagian prosa dijelaskan sebagai berikut. Prosa lama, berdasarkan isinya
dapat digolongkan menjadi: Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 15 1. Hikayat, yaitu prosa lama yang berisikan kehidupan
para dewa, pangeran, atau putri kerajaan, dan raja-raja yang memiliki
kekuatan gaib. Hikayat juga sering menceritakan kepahlawanan tokoh yang ada
di dalamnya. Hikayat berasal dari India dan Arab, terkadang tokohnya
merupakan tokoh sejarah. Beberapa hikayat yang terkenal antara lain: Hikayat
Hang Tuah, HIkayat Si Pahit Lidah, dan Hikayat Kuda Terbang. Berikut cerita
“Si Pahit Lidah”. 2. Dongeng, yaitu prosa lama yang mengandung ajaran
kebaikan. Dongeng biasanya ditujukan untuk anak-anak. Biasanya berisi tentang
kebaikan melawan kejahatan. Cotoh dongeng misalnya: Malin Kundang, Timun Mas,
Candra Kirana. 3. Mitos, cerita yang dipercaya turun tumurun sebagai pegangan
dalam menjalani hidup dan berperilaku. Mitos terkadang juga dikaitkan dengan
asal mula suatu silsilah suku tertentu. Ada juga yang percaya bahwa tokoh
yang berada dalam mitos benar-benar ada dan menjadi nenek moyangnya. Contoh
mitos adalah Nyi Roro Kidul, Cerita Rama-Sinta, Cerita Mahabaratha. Mitos
yang paling terkenal adalah Ken Arok dan Ken Dedes. Ken Arok dipercaya
sebagai pendiri Kerajaan Singasari, tetapi sebenarnya tidak ada dokumen
sejarah tertulis yang dapat dijadikan bukti. 4. Fabel, yaitu cerita yang
tokohnya binatang yang berperilaku seperti manusia. Fabel diciptakan untuk
memudahkan pemahaman anak-anak dalam menggambarkan perwatakan atau karakter
tokohnya. Sama halnya dengan dongeng fabel kebanyakan diperuntukan bagi
anak-anak sehingga tokohnya dibuat simbolik dan menarik. Contoh sederhana
untuk menggambarkan tokoh yang cerdik, cekatan disimbolkan dengan binatang
kancil, sedangkan untuk menggambarkan karakter jahat biasanya disimbolkan
dengan buaya atau harimau yang merupakan binatang buas. Contoh fabel antara
lain: Cerita Kancil, Cerita Kura-Kura dan Kelinci, Cerita Kera dan Ikan Mas.
5. Legenda, yaitu prosa lama yang menceritakan asal mula suatu tempat, benda
peninggalan sejarah atau fenomena. Contoh legenda adalah Legenda Pulau
Samosir, Legenda Candi Mendut, Legenda Tangkuban Perahu. Contoh Legenda yang
berasal dari Jawa Barat. Asal Mula Telaga Warna Jaman dahulu ada sebuah
kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan
kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena
dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu
Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Sayang Prabu dan Ratu
belum dikaruniai keturunan sehingga mereka selalu merasa kesepian. Rakyat pun
sangat mengkhawatirkan keadaan ini, karena siapa yang akan menggantikan Prabu
dan Ratu kelak? Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 16 Akhirnya Raja memutuskan untuk bersemedi. Dia pergi
ke gunung dan menemukan sebuah gua. Disanalah dia bersemedi, berdoa kepada
Tuhan supaya dikaruniai keturunan. Setelah berhari-hari Prabu Suwartalaya berdoa,
suatu hari tiba-tiba terdengar suara gaib. “Benarkah kau menginginkan
keturunan Prabu Suwartalaya?” kata suara gaib tersebut. “Ya! Saya ingin
sekali memiliki anak!” jawab Prabu Suwartalaya. “Baiklah! Doamu akan
terkabul. Sekarang pulanglah!” kata suara gaib. Maka Prabu Suwartalaya pun
pulang dengan gembira. Benar saja beberapa minggu kemudian, Ratu pun
mengandung. Semua bersuka cita. Terlebih lagi ketika sembilan bulan kemudian
Ratu melahirkan seorang putri yang cantik. Dia diberi nama Putri Gilang Rukmini.
Prabu Suwartalaya mengadakan pesta yang meriah untuk merayakan kelahiran
putri mereka. Putri Gilang Rukmini pun menjadi putri kesayangan rakyat
Kutatanggeuhan. Beberapa tahun telah berlalu, putri Gilang Rukmini tumbuh
menjadi gadis yang cantik jelita. Sayang putri Gilang Rukmini sangat manja
dan berperangai tidak baik, mungkin karena Prabu dan Ratu sangat
memanjakannya. Maklumlah anak semata wayang. Apapun yang diminta oleh putri
pasti segera dituruti. Jika tidak putri akan sangat marah dan bertindak
kasar. Namun rakyat tetap mencintainya. Mereka berharap suatu hari perangai
putri akan berubah dengan sendirinya. Seminggu lagi putri Gilang Rukmini akan
berusia tujuh belas tahun. Prabu Suwartalaya akan mengadakan pesta syukuran
di istana. Semua rakyat boleh datang dan memberikan doa untuk putri Gilang
Rukmini. Rakyat berkumpul dan merencanakan hadiah istimewa untuk putri
kesayangan mereka. Akhirnya disepakati bahwa mereka akan menghadiahkan sebuah
kalung yang sangat indah. Kalung itu terbuat dari emas terbaik dan ditaburi
batu-batu permata yang beraneka warna. Maka rakyat dengan sukarela
menyisihkan uang mereka dan mengumpulkannya untuk biaya pembuatan hadiah
tersebut. Mereka memanggil pandai emas terbaik di kerajaan untuk membuatnya.
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Rakyat berduyun-duyun datang
ke halaman istana tempat pesta ulang tahun putri Gilang Rukmini diadakan. Di
depan istana sudah berdiri sebuah panggung yang megah. Rakyat bersorak-sorai
saat Prabu dan Ratu menaiki panggung. Apalagi ketika akhirnya putri Gilang
Rukmini keluar dari istana dan melambaikan tangannya. Rakyat sangat gembira
melihat putri yang cantik jelita. Pesta pun berlangsung dengan meriah. Kini
tiba saatnya rakyat mempersembahkan hadiah istimewa mereka. Mereka memberikan
kotak berisi hadiah itu kepada putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya
membuka kotak tersebut dan mengeluarkan kalung beraneka warna yang sangat
indah dan memberikannya kepada putri Gilang Rukmini. putri Gilang Rukmini
memandang kalung itu dengan kening berkerut. Prabu Suwartalaya memandang
putrinya, “Ayo nak, kenakan kalung itu! Itu adalah tanda cinta rakyat
kepadamu. Jangan kecewakan mereka nak!” “Iya putriku. Kalung itu sangat indah
bukan. Ayo kenakan! Biar rakyat senang,” kata Ratu Purbamanah. “Bagus apanya?
Kalung ini jelek sekali. Warnanya norak, kampungan! Aku tidak mau
memakainya!” teriak putri Gilang Rukmini. Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 17 Dia membanting kalung itu ke lantai hingga hancur.
Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah dan rakyat Kutatanggeuhan hanya bisa
tertegun menyaksikan kejadian itu. Lalu tangis Ratu Purbamanah pecah. Dia
sangat sedih melihat kelakuan putrinya. Akhirnya semua pun meneteskan air
mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis
hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah
pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan
Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah. Kini
danau itu masih bisa kita temui di daerah Puncak, Jawa Barat. Danau itu
dinamakan Telaga Warna, karena jika hari cerah, airnya akan memantulkan
cahaya matahari hingga tampak berwarna-warni. Konon katanya, itu adalah
pantulan warna yang berasal dari kalung putri Gilang Rukmini. Prosa Baru Pada
proses perkembangannya prosa juga mengalami perubahan meskipun unsur
pembangunnya tidak jauh berbeda, hanya saja isi dan tema prosa baru telah lebih
berkembang. Berikut beberapa jenis prosa baru atau prosa modern. 1. Cerpen
Cerpen merupakan kependekan cerita pendek, yaitu cerita yang mengambil momen
penting dalam lakuan tokoh. Biasanya durasi cerpen tidak panjang dan
membutuhkan lima sampai lima belas halaman. Ada juga cerpen yang lebih dari
lima belas halaman, tetapi itu tak banyak karena semakin panjang cerpen,
kepadatan dan momen yang ditangkap akan hilang. Beberapa cerpen yang terkenal
diantaranya. Robohnya Surau Kami dari A.A. Navis dan Sepotong Senja untuk
Pacarku karya Seno Gumira Ajidarma. Berikut ini contoh cerpen anak-anak:
Cobaan Namaku Clara Jennefy, umurku 11 tahun aku tinggal di Tasikmalaya. Aku
sekolah di SD Gombyong 3, kelas 6. Di kelas aku dipilih sebagai wakil ketua
kelas, aku sudah menjadi wakil ketua kelas selama 4 tahun dari kelas 3 sampai
sekarang. Setiap kali ketua kelas tidak masuk, dan ada suatu masalah aku
jarang sekali marah. Sekarang, pelajaran Matematika gurunya tidak masuk jadi,
memberikan tugas pada kami. Seperti biasa, yang lain tidak pernah
mengerjakannya dan aku selalu selesai mengerjakannya di awal waktu. Setelah
mengerjakan, terkadang aku membuat cerita atau menggambar. Kalau sekarang,
aku memilih untuk menggambar. “Clara! marahin dong si Gipul, ngeganggu
terus!” Luna menggoyang-goyangkan tubuhku. “Gipuu! jangan ganggu cewek!”
Teriakku, lalu Luna meninggalkanku tanpa berkata apapun bahkan terima kasih. Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 18 Setelah mengadu padaku, biasanya anak cewek maupun
cowok langsung main atau mengobrol lagi. Beberapa menit berlalu, guru yang
sedang mengajar di kelas lain mungkin merasa terganggu sehingga mereka datang
ke kelas kami dan minta untuk tidak berisik. Tapi tetap saja kelasku berisik.
Awalnya, aku diam saja melihat kelasku berantakan. Tapi karena lama kelamaan,
itu membuatku terganggu sehingga sesuatu terjadi. BRUK!!! semua diam, hening,
tak ada suara. “Bisa gak sih kalian diem?! kalian itu bukan anak-anak lagi,
udah mau lulus SD tapi kok sifatnya masih kayak gitu terus sih?!” Aku
berbicara sekeras-kerasnya. “Ya karena kita mau lulus kan kita harus membuat
kenangan, seperti bermain sepuasnya!” Bantah Nita, lalu semuanya mengiyakan.
“hhh… harusnya kalian jadi contoh yang baik buat adik kelas kalian, karena
sebentar lagi kalian lulus SD, mikir dong! masa kayak gitu aja harus
diceramahin? ya udah deh, kalian boleh ngapain aja, tapi jangan sampai ganggu
aku!” Jelasku panjang lebar, semuanya langsung kembali pada kesibukannya
masing-masing, namun kini tidak terlalu berisik. Karena aku tidak bisa
apa-apa lagi, aku tulis semua orang yang tidak mengerjakan tugas. Tentu saja,
98% murid di kelas ini dapat hukuman. Dan mungkin setelah itu, mereka akan
kapok. Keesokanya. Hari ini guru Matematikanya masuk, aku memberikan catatan
yang kemarin ku tulis. Ketika Pak Sudorsuyonoti melihatnya, wajahnya tampak
merah seperti tomat matang. Dia menghukum sebagian besar murid kelasku
membersihkan satu sekolah ini. Penulis: Syifani Abdillah Alghifari Sumber:
http://cerpenmu.com/cerpen-anak/cobaan.html 2. Novel Novel yaitu jenis prosa
yang menceritakan masalah yang dihadapi tokoh dalam lingkup hidupnya, tetapi
tidak bercerita hingga sang tokoh meninggal. Novel juga berusaha menangkap
momen penting yang dilalui sang tokoh utamanya, tetapi disampaikan dengan
lebih rinci dan pengaluran yang lebih renggang, tidak padat. Novel terkenal
yang ada dalam sejarah sastra diantaranya. Layar Terkembang karya Suatn
Takdir Alisjahbana, Burung-Burung Manyar karya YB Mangun Wijaya dan Saman
karya Ayu Utami. 3. Roman Roman yaitu prosa yang bercerita dalam lingkup
hidup hingga sang tokoh meninggal. Biasanya tokoh yang diceritakan mengalami
perubahan nasib di akhir cerita. Roman juga terbagi menjadi beberapa jenis.
Hal yang sama juga berlaku dalam cerpen. Berikut pembagian jenis roman: Bahan Bacaan Sastra
Lama dan Sastra Baru 19 a. Roman sejarah yaitu roman yang ceritanya diambil
berdasarkan fakta sejarah. Meskipun demikian, tetap saja kebenaran yang ada
di dalamnya tak dapat dibuktikan. Roman sejarah adalah penyampaian yang
menarik atas sebuah cerita sejarah. Roman sejarah juga merupakan sarana yang
baik untuk mempelajari sejarah. Beberapa pengarang yang membuat roman sejarah
antara lain: Pramudya Ananta Toer dengan tetralogi Bumi Manusia, Y.B
Mangunwijaya dengan karyannya Roro Mendut, dan Remy Silado dengan karyanya
Paris van Java. b. Roman sosial yaitu roman yang menggambarkan kondisi sosial
masyarakat dan terkadang menyindirnya. Penggambaran yang dimaksudkan di sini
bukan berarti pengarang mengambil mentah-mentah peristiwa yang tengah terjadi
dan menuliskannya menjadi sebuah roman. Pengarang menyimbolkan realitas
sosial dalam cerita yang ditulisnya secara tersirat dan menekankan kesan yang
kuat akan kondisi sosial masyarakat. Roman seperti ini banyak terdapat dalam
karya populer seperti karya Marga T atau Hilman. c. Roman bertendens yaitu jenis
roman yang memiliki tujuan tertentu, seperti propaganda dan indoktrinasi
ajaran tertentu. Roman jenis ini sering munul dalam masa pergolakan politik.
Sebagai contoh Roman Sitti Nurbaya karya Marah Rusli yang terbit pada tahun
1922 menempatkan Datuk Maringgih sebagai tokoh jahat. Padahal, Datuk
Maringgih memberontak untuk membela tanah airnya, sedangkan Samsulbahri
berada di pihak Kompeni Belanda. Pada masa perjuangan kemerdekaan orang-orang
yang memberontak pada Kompeni Belanda adalah penjahat. d. Roman psikologis
yaitu roman yang mementingkan aspek psikologis dalam penuturannya. Pada roman
psikologis penuturan lebih diutamakan pada apa yang dirasakan tokoh utamanya.
Lingkungan dan suasana penggambarannya lebih mengutamakan pandangan subjektif
tokoh utama (biasanya memakai sudut pandang orang pertama) Roman seperti ini
bisa dijumpai pada karya Iwan Simatupang yang berjudul Ziarah dan Merahnya
Merah. 4. Novelet merupakan jenis prosa yang lebih panjang dari cerpen,
tetapi terlalu pendek jika dikategorikan sebagai novel. Biasanaya novel
berkisar antara lima puluh hingga seratus halaman. Novelet banyak dijumpai
dalam karya-karya populer yang bersifat komedi. Karya-karya Hilman Hariwijaya
dapat dikategorikan dalam jenis ini sebagai contoh Lupus, Olga dan Sepatu Roda,
sedangkan untuk yang berkategori sastra yang dapat digolongkan ke dalam
novelet misalnya Sri Sumarah dan Bawuk karya Umar Kayam. DISCLAIMER BAHAN BACAAN INI
BERSUMBER DARI MODUL DIKLAT GURU PEMBELAJAR: GENRE DAN APRESIASI SASTRA
(DIRJEN GTK, 2016) DAN HANYA DIGUNAKAN UNTUK KEPENTINGAN DIKLAT DALAM
JARINGAN. TIDAK DISARANKAN MENGGUNAKAN BAHAN BACAAN TANPA
MENGIKUTI AKTIVITAS DIKLAT DALAM JARINGAN DEMI MENGHINDARI KESALAHAN
INTERPRETASI DAN KETIDAKLENGKAPAN INFORMASI.
|
Sastra
Lama dan Sastra Baru/Modern
Tabel Perbedaan
Sastra Lama dan Sastra Baru/Modern
|
||||||||||||||||||
SRIANDAYANI
Puisi
Puisi merupakan salah satu
ragam karya sastra yang terikat dengan irama, ritma, rima, bait, larik dan
ditandai dengan bahasa yang padat. Puisi juga merupakan seni tertulis
yang mana menggunakan bahasa sebagai kualitas estetiknya atau keindahanya.
Ciri-ciri puisi
|
|