MODUL DIKLAT GURU PEMBELAJAR:
TEORI BELAJAR DAN PRINSIP PEMBELAJARAN (DIRJEN GTK, 2016)
TEORI BELAJAR
Teori belajar akan sangat membantu pengajar dalam membelajarkan siswa. Dengan
memahami teori belajar, pengajar akan memahami proses terjadinya belajar pada
manusia. Pengajar akan mengetahui apa yang harus dilakukan sehingga siswa dapat
belajar dengan optimal. Tidak ada satupun teori yang dapat menjelaskan secara
tuntas semua seluk beluk belajar manusia.
Oleh sebab itu dalam mengaplikasikan
teori belajar, hendaknya tidak terpaku pada satu atau dua teori belajar tertentu saja,
melainkan disesuaikan dengan kondisi faktual, keberagaman, tingkat perkembangan
dan sasaran serta tujuan belajar. Untuk lebih mengoptimalkan hasil pembelajaran,
guru perlu memadukan beberapa teori belajar. Namun harus diperhatikan bahwa
tidak semua teori belajar dapat dipadukan, karena berangkat dari asumsi-asumsi
yang berbeda dalam penyusunan teori belajar tersebut.
1. Teori Belajar dalam Aliran Behaviorisme
Paham behaviorisme berkonsentrasi pada studi tentang tingkah laku yang
dapat diamati dan diukur. Teori belajar behaviorisme menjelaskan bahwa
pikiran merupakan kotak hitam yang tidak dapat diamati. Oleh karenanya, teori
ini mengabaikan proses berpikir yang terjadi dalam pikiran.
a. Teori Pengkondisian Oleh Pavlov
Ivan Pavlov terkenal dengan teori Classical Conditioning atau pengkondisian
klasik. Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsanganrangsangan
tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang
diinginkan.
Pavlov menjelaskan teori pengkondisian klasik menjadi 4 proses
yaitu: 1) fase akuisisi, 2) fase eliminasi, 3) fase generalisasi, dan 4) fase
deskriminasi.
Pelaksananaan pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dari Pavlov,
misalnya agar siswa menguasai materi tertentu, siswa diberikan stimulus
tertentu yang dikondisikan. Misalnya belajar tentang mengidentifikasikan ciriciri
dan kebutuhan makhluk hidup pada mata pelajaran IPA. Guru memberikan
soal kepada siswa, bila siswa dapat menjawab dengan benar, diberi hadiah
berupa tambahan nilai. Diharapkan dengan hadiah tersebut anak akan semakin
semangat belajar, sehingga belajar dapat menjadi kebiasaan. Jika telah menjadi
Bahan Bacaan:
Teori Belajar
2
MODUL DIKLAT GURU PEMBELAJAR:
TEORI BELAJAR DAN PRINSIP PEMBELAJARAN (DIRJEN GTK, 2016)
kebiasaan, walaupun pada akhirnya tidak diberikan hadiah lagi, siswa tetap
semangat untuk belajar.
b. Teori Koneksionisme Oleh Thorndike
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi
antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon
(R). Dalam pembelajaran di sekolah, guru mengajukan pertanyaan (S), siswa
menjawab pertanyaan guru (R). Guru memberikan Pekerjaan Rumah (S) dan
siswa mengerjakannya (R).
Hal tersebut berarti belajar adalah upaya untuk
membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya, sehingga
paham ini disebut paham koneksionisme.
Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut : 1) Hukum
Kesiapan (law of readiness), 2) Hukum Latihan (law of exercise), 3) Hukum
Akibat (law of effect).
Pada pelaksananaan pembelajaran dengan menggunakan
teori belajar dari Thorndike adalah agar siswa menguasai materi tertentu, maka
diawali dengan kesiapan siswa untuk belajar, baik secara fisik maupun mental,
misalnya dengan berdoa terlebih dahulu kemudian disampaikan manfaat
mempelajari materi tersebut. Selanjutnya guru mulai menyampaikan materi
pelajaran.
Agar pemahaman siswa menjadi lebih baik, perlu diberikan latihan-latihan soal.
Misalnya jika guru mengajarkan bagaimana menjumlahkan dua pecahan, guru
harus memberikan latihan berulang-ulang dengan soal latihan penjumlahan
dua pecahan.
Agar siswa semangat untuk berlatih, untuk setiap jawaban yang
benar guru memberikan reward (hadiah), baik berupa ungkapan verbal
ataupun yang berbentuk simbol, misalnya nilai.
Begitu pula ketika guru memberikan pelajaran tentang lingkungan alam dan
buatan di sekitar, guru perlu menayangkan gambar atau video, sehingga siswa
tertarik pada pelajaran tersebut.
Ini berarti sesuai dengan hukum kesiapan,
bahwa semakin siswa tertarik terhadap materi pelajaran maka siswa tersebut
semakin siap dalam mengikuti pelajaran. Kemudian agar materi tersebut
mudah diterima oleh siswa, guru memberikan soal-soal yang yang harus
dikerjakan oleh siswa. Selain dengan cara tertulis, soal-soal tersebut
disampaikan lagi dengan cara lisan. Dengan cara tersebut, lama-kelamaan siswa
akan menguasai materi tersebut.
Bahan Bacaan: Teori Belajar
3
MODUL DIKLAT GURU PEMBELAJAR:
TEORI BELAJAR DAN PRINSIP PEMBELAJARAN (DIRJEN GTK, 2016)
c. Teori Pengkondisian Operan oleh Skinner
Burrus Frederick Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh
behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses Operant Conditioning.
Manajemen Kelas
menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain
dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang
diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.
Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan,
maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon
akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini
menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
Bentuk-bentuk
penguatan positif berupa hadiah atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan
negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. Konsekuensi yang
menyenangkan menguatkan perilaku, sedangkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan melemahkan perilaku itu. Konsekuensi yang menyenangkan
dinamakan penguatan (reinforcement), sedangkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan dinamakan hukuman (punishment).
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dari Skinner
dapat dicontohkan agar siswa menguasai materi tertentu, guru dapat
memberikan tugas pada siswa, baik tugas yang dikerjakan di kelas maupun
tugas yang dikerjakan di rumah (PR). Agar siswa mau dan bersemangat dalam
mengerjakan tugas, guru harus memberikan penguatan dengan segera dari
penyelesaian tugas-tugas tersebut.
d. Teori Pembiasaan Asosiasi Dekat oleh Gutrie
Edwin R Gutrie adalah penemu teori pembiasaan asosiasi dekat (contigous
conditioning theory). Teori ini menyatakan bahwa belajar adalah kedekatan
hubungan antara stimulus dan respon. Menurut Guthrie, peningkatan hasil
belajar secara berangsur-angsur dapat dicapai oleh siswa karena kedekatan
asosiasi antara stimulus dan respon. Dalam kehidupan sehari-hari banyak
dijumpai peristiwa belajar dengan contiguous conditioning, misalnya
mengasosiasikan Ibu kota negara RI dengan Jakarta, 17 Agustus dengan hari
Bahan Bacaan: Teori Belajar
4
MODUL DIKLAT GURU PEMBELAJAR:
TEORI BELAJAR DAN PRINSIP PEMBELAJARAN (DIRJEN GTK, 2016)
ulang tahun negara Indonesia, 2 × 3 dengan bilangan 6. Untuk dapat belajar
dengan kontiguitas sederhana tersebut dapat diakukan dengan memberikan
pertanyaan, misalnya
Ibu kota negara RI adalah ....
Tanggal 17 Agustus adalah ....
Hasil dari 2 × 3 adalah .....
Diantara teori-teori belajar yang beraliran behavioristik, teori kontigous
dikenal teori yang sangat sederhana dan efisien, karena hanya berprinsip pada
kedekatan asosiasi antara stimulus dan respon. Oleh karena itu teori ini tidak
dapat diterima begitu saja karena sifatnya yang mekanistik dan cenderung
otomatis.
Padahal dalam proses belajar yang dialami oleh manusia, peran
pemahaman, pengelolaan informasi, dan tahapan pengelolaan informasi juga
menjadi bagian dari proses belajar tersebut. Karena hal inilah yang membuat
teori ini kurang dapat berkembang, apalagi setelah berkembangnya psikologi
kognitif.
Pelaksananaan pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dari Gutrie,
misalnya agar siswa menguasai materi tertentu, guru harus mencari kedekatan
materi tersebut dengan sesuatu yang akan menjadi stimulus. Misalnya guru
dalam mengajarkan pecahan harus dmengkaitkan dengan penulisan dalam
bentuk
atau dalam bentuk pecahan desimal.
Selanjutnya siswa dalam
memahami konsep pecahan dibiasakan dengan simbol-simbol tersebut. Agar
siswa mampu mengenali konsep pecahan dengan baik maka harus dilakukan
pengulangan-pengulangan. Begitu pula agar siswa memahami ciri-ciri warga
negara demokratis sebagai materi pembelajaran pada mata pelajaran PKn,
maka siswa dibiasakan dengan sifat-sifat demokratis. Pembiasaan ini dapat
dilakukan dengan kegiatan pembelajaran yang banyak menggunakan model
belajar kelompok atau diskusi kelompok.
e. Teori Kognitif Sosial oleh Bandura
Salah satu tantangan besar terhadap behaviorisme berasal dari studi
observasional oleh Albert Bandura dan rekan-rekannya. Temuan paling penting
dari penelitian ini adalah bahwa orang dapat mempelajari tindakan-tindakan
baru hanya dengan mengamati bagaimana orang lain melakukannya. Pengamat
Bahan Bacaan:
Teori Belajar
5
MODUL DIKLAT GURU PEMBELAJAR:
TEORI BELAJAR DAN PRINSIP PEMBELAJARAN (DIRJEN GTK, 2016)
tidak harus melakukan tindakan-tindakan tersebut pada saat ia
mempelajarinya.
Teori yang dikemukakan oleh Bandura dikenal dengan teori Kognitif Sosial.
Teori ini menonjolkan gagasan bahwa sebagian besar manusia, belajar dalam
sebuah lingkungan sosial. Dengan mengamati orang lain, manusia memperoleh
pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-keterampilan, strategi-strategi,
keyakinan dan sikap.
Individu melihat model atau contoh untuk mempelajari
perilaku-perilaku yang dimodelkan, kemudian ia bertindak dengan apa yang
menjadi model dan contoh yang diamatinya.
Belajar terjadi melalui praktek dan pengamatan. Bandura menyatakan perilaku
manusia terjadi dalam kerangka timbal balik tiga sisi, yaitu timbal balik antara
perilaku, variabel lingkungan dan faktor personal seperti kognisi. Bandura
merasa bahwa sesorang belajar karena mempelajari langsung dari model.
Sebagai contoh siswa dapat mengerjakan soal matematika, karena melihat
gurunya mengerjakan soal matematika.
Bandura mengemukakan bahwa belajar
dengan mengamati baik langsung maupun tidak langsung melalui empat fase,
yaitu: (1)menaruh perhatian, (2) mengingat perilaku model, (3) memproduksi
perilaku dan (4) termotivasi untuk mengulangi perilaku tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dari Bandura
adalah sebagai contoh agar siswa dapat menyelesaikan soal, guru harus
memberikan contoh bagaimana menyelesaikan soal serupa. Guru tersebut
harus memberikan contoh berkali-kali agar tumbuh perhatian anak pada cara
yang dilakukan guru. Kemudian siswa akan mengingat tentang cara yang
digunakan guru untuk menyelesaikan soal. Selanjutnya siswa akan meniru cara
guru untuk menyelesaikan soal serupa. Guru juga harus memberi motivasi agar
siswa menjadi bersemangat menyelesaikan soal yang diberikan guru.
f. Prinsip-prinsip Pembelajaran Behavioral
Cruickshank ,Jenkins & Metcalf (2012) (dalam Suranto, 2015), merangkum
prinsip- prinsip pembelajaran menurut teori belajar behavioral, sebagai
berikut:
1) Buatlah kelas dapat dinikmati secara intelektual, sosial, dan fisik, sehingga
para siswa merasa aman dan nyaman.
Bahan Bacaan: